Kadang aku berpikir hidup ini soal jual beli. Ada harga yang kita bayarkan untuk setiap pilihan. Ya, namanya juga urusan duniawi. Kalau urusan akhirat, entah apakah beda hitungannya.
Suatu hari aku bangun kesiangan dan dipastikan akan ketinggalan bus gratis ke Jatinangor. Ku mempertimbangkan, apakah aku akan sangat buru-buru mengejar bis, atau aku akan sedikit jeda untuk menghela nafas dan mengambil alternatif transportasi lain: travel.
Kuputuskan untuk santuy. Konsekuensinya? Ongkos travel lebih mahal. Ada harga yang harus kubayarkan karena aku lalai dan bangun kesiangan. Atau bisa dikatakan, aku membeli waktu untuk bersantai. Pun ketika di hari-hari lain aku mendapatkan bus gratis, itu adalah upah karena aku lebih giat bangun pagi. Aku menjual sebuah kegigihan.
Lain kali, ketika aku malas membuat makanan. Ku pesan makan lewat aplikasi kekinian. Tentu, harga yang kubayarkan lebih mahal ketimbang aku ke warung, membeli sayur, dan memasaknya sendiri. Hal yang sama terjadi soal mencuci pakaian: mencuci sendiri atau membayar jasa binatu. Ada harga lebih yang kubayarkan ketika aku malas. Dan ada harga pula untuk sebuah kemandirian.
Suatu hari aku ingin pergi ke tempat yang belum pernah kukunjungi. Aku pergi ke Dieng, menonton festival, dan kedinginan. Berfoto pakai kupluk husky di padang es, sampai dibilang Tante Serigala, haha. Aku telah membeli pengalaman.
Mungkin kamu membantah, ah nggak semua bisa dibeli pakai uang. Kebahagiaan itu gak setara dengan uang. Hm, tergantung ukuran kebahagiaanmu sih. Pasti beda-beda.
Bahagiaku bisa jadi cukup murah. Kubisa membeli sepotong cokelat, itu akan membuatku sangat senang. Kamu bilang berkumpul dengan keluarga juga membahagiakan. Buatku juga, tapi masih harus ngongkos ke luar kota. Bahagiaku juga bertemu teman-teman, bisa jadi sambil nongkrong atau nonton.
Apakah berlaku juga untuk urusan akhirat? Hmm, sulit kalau Tuhan sudah mengintervensi. Dia Mahabaik. Lebih banyak dapet cashback ketimbang bayarnya.
Jadi, lebih baik deket-deket sama Tuhan biar cashback-nya banyak. Biar punya modal untuk membiayai kebutuhan duniawi. Hehe.
Pesan moral: hiduplah baik-baik ketika gajimu belum seberapa 😂😂




Tinggalkan Balasan ke rozali21 Batalkan balasan