Harga Tak Pernah Berbohong

Tulisan ini bukan bermaksud menyinggung negara tertentu, Ini hanya berbagi cerita, tentang pengalaman seorang teman yang membeli motor india (katanya. entah merek apa namanya).

Begini ceritanya,

Teman saya merengek minta dibelikan motor kepada ibunya. Untuk berangkat kuliah, katanya. Ibunya berpikir belum perlu si anak dibelikan motor karena jarak dari rumah ke kampus tidak terlalu jauh dan masih bisa berangkat dengan kendaraan umum seperti biasanya. Namun teman saya terus merengek. Akhirnya, sang ibu membelikannya sebuh sepeda motor yang katanya buatan India. “Biar murah. Yang penting kan moto,” katanya. Tanpa banyak bicara lagi, teman saya menerima motor itu dengan senang. “Dibeliin aja syukur,” ujarnya.

Pada awal-awal pemakaian, sepeda motor tersebut dapat berfungsi sebagaimana layaknya sebuah sepeda motor. Motor itu menemani si empunya ke mana pun ia pergi. Akan tetapi, lama-kelamaan dia merasakan ada yang tidak beres dengan motor indihenya itu.

Awalnya, motor tersebut tidak bisa di-starter. Walhasil, motor itu harus dihidupkan dengan cara mendorongnya sekencang-kencangnya sambil berlari, baru setelah mesin motor tersebut hidup dia akan melompat ke atas motornya, dan…. hap! dia pun dapat berkendara dengan motor tercintanya. Ya, begitulah. Tidak ada cara lain.

Tak hanya sampai di situ. Saat dikendarai, motor tersebut juga kerap menunjukkan keanehan. Suatu ketika, teman saya yang malang itu telat berangkat kuliah sehingga ia harus memacu motornya agar tidak telat sampai di kampus. Sayangnya–maksud hati memeluk gunung apa daya tangannya buntung–ia bermaksud untuk memacu motornya untuk melaju lebih kencang dengan menarik tuas gasnya, akan tetapi motor itu bukannya melaju lebih kencang malah melambat. Anehnya, setelah melambat, kecepatan motor tersebut tidak dapat ditambah lagi. Maka dengan terpaksa ia harus berkendara dengan kecepatan sangat lambat. Akhirnya ia (sangat) terlambat datang ke kampus sampai dosen tak memperbolehkannya masuk kelas.

Pernah pula motor itu melaju dengan kencang. Tetapi ternyata sang motor tak mau dibawa ngebut oleh si empunya. Akhirnya ketika motor tengah melaju kencang, knalpotnya tumbang.

Bukan hanya itu. Suatu hari teman saya sedang asyik berkendara dengan sepeda motor spesialnya. Lalu, ia sampai di persimpangan dan lampu merah menyala. Pak Polisi tengah bersiaga mengatur lalu lintas. Teman saya sebagai warga negara yang baik bermaksud berhenti di lampu merah itu. Tapi ketika hendak di rem, si motor malah melaju semakin kencang. Teman saya panik karena polisi meniup peluit padanya. Ia tak dapat berbuat apa-apa dan terus melaju kencang. Ia pun dikejar polisi. Sampai ketika ia sudah bisa kembali mengendalikan motornya, ia pun berhenti. Pak Polisi kemudian menghampiri teman saya, bermaksud untuk menilang. Teman saya lalu menceritakan kondisi yang ia alami. Pak polisi langsung prihatin, terlebih lagi setelah melihat keadaan motor teman saya yang memilukan. Akhirnya, ia batal menilang teman saya kerena iba.

Demikianlah cerita teman saya. Memang, harga tidak pernah berbohong.

2 tanggapan untuk “Harga Tak Pernah Berbohong”

  1. Indah Khairunnisa Avatar
    Indah Khairunnisa

    sejujurnya saya tertawa membaca tulisan ini , tapi di lubuk ati yang paling dalem, prihatin nden…..

    1. Nurul Asri Mulyani Avatar
      Nurul Asri Mulyani

      nden juga dulu pas pertama kali dengar cerita ini dari temen ampe bercucuran air mata ndah. entah karena nangis prihatin atau gk kuat nahan tawa…

Tinggalkan Balasan ke Indah Khairunnisa Batalkan balasan

Saya Nurul

Selamat datang di Komunikane! Di sini saya menulis tentang apa yang saya tahu, baca, atau rasakan tentang fenomena sosial yang terjadi di sekitar saya, ditulis dari sudut pandang ilmu komunikasi yang saya geluti selama lebih dari 10 tahun. Punya pendapat seru terkait topik yang saya tulis? Let me know and let’s discus!

Let’s connect