Bahasa Sunda memang banyak digunakan di sebagian besar wilayah di Jawa Barat. Tapi bukan berarti setiap daerah punya ragam bahasa yang sama. Bandung dan Ciamis, katakanlah, punya kosa kata yang berbeda untuk menyebutkan satu situasi.
Sebagai orang Ciamis, saya merasa harus menulis ini. Pertama, saya khawatir saya lupa diri bahwa saya orang Ciamis, ha-ha-ha. Mengingat saya akan menghabiskan–mungkin–sebagian besar sisa hidup saya di Bandung. Kedua, untuk menjelaskan istilah ini ke orang Bandung. Siapa tahu dia bertemu dengan orang Ciamis dan tak tahu arti kata-kata ini.
Sumilangeun
Sumilangeun adalah bahasa Sunda wilayah Ciamis untuk merujuk pada situasi sakit karena datang bulan. Bahasa medisnya, dismenorea. Ketika saya menyebutkan ‘sumilangeun’ ke orang Bandung, mereka biasanya baru pertama kali mendengar. Jadi sepertinya memang tidak ada istilah ini di Bandung.
Marukanan
Orang Bandung menyebutnya “samarukna”, bukan “marukanan” atau “marukan”. Kata ini berasal dari kata “maruk” yang artinya semacam sangkaan. Samarukna atau marukanan diterjemahkan menjadi “disangkanya”.
Isukan
Jangan protes dulu. Di Bandung, ada istilah “isukan”. Artinya “besok”. Kata dasarnya “isuk”. Kata “isukan” bukan tergolong kata yang halus, jadi jangan coba-coba menyebutkan kata ini jika sedang berbicara dengan orang yang dihormati.
Lain halnya kalau di Ciamis. Kata “isukan” cenderung halus. Tapi maknanya berbeda dengan di Bandung. Di Ciamis, “isukan” berarti “suatu saat nanti”, “kapan-kapan”, atau waktu yang entah kapan datangnya.
Jadi ketika membuat janji dengan menggunakan kata “isukan”, wajib perhatikan konteks lokasi. Contoh kalimat: “Isukan urang ka imah maneh.” Kalau ngobrol dengan orang Bandung, maka itu artinya “Besok saya ke rumah kamu.”. Tapi kalau ngobrol dengan orang Ciamis, maka itu artinya “Kapan-kapan saya ke rumah kamu.” Jangan ditungguin.
Pasalingsingan/Pasalandong
Entah apa padanan kata “pasalingsingan” dalam bahasa Indonesia. Situasinya adalah, kamu berpapasan secara tidak sengaja, tapi tak bertemu.
Contoh: Asep akan melakukan perjalanan dari titik A ke titik B untuk menemui Budi. Sedangkan Budi akan melakukan perjalanan dari titik B dan titik A dalam waktu yang sama dengan Asep. Logikanya, mereka seharusnya bisa jadi bertemu di antara kedua titik itu. Sayangnya, mereka tak bertemu. Kondisi tidak bertemunya itulah yang diistilahkan dengan “pasalingsingan.”
Kamu punya kata bahasa Sunda lain yang tak ditemukan di Bandung? Boleh lah kita berbagi…




Tinggalkan komentar