Sulit menemukan kota yang ramah pejalan kaki di Indonesia. Selain karena berjalan kaki dianggap bukan sebagi moda mobilitas, pejalan kaki juga sepertinya belum mendapat tempat prioritas. Jalanan nampaknya memang lebih ramah pada pengendara mobil, dan motor di urutan kedua.
Begitu pula dengan Kota Bandung, kota yang lima tahun ini kutinggali. Kini, setelah resmi jadi penduduk kota, aku nampaknya harus menyesuaikan diri dengan kehidupan warga sini. Salah satunya perihal menyeberang jalan. Sebagai pejalan kaki ke sana kemari, aku cukup sering mencoba melintasi kepadatan lalu lintas dengan menyeberang. Bukan hal yang mudah, ternyata, sampai kutemukan beberapa trik ini.
1. Menyeberanglah di Zebra Cross atau Jembatan Penyeberangan
Kita awali dengan teori paling mendasar dari ilmu menyeberang jalan. Kita mempelajarinya sejak TK atau SD, bukan? Tapi apakah kita melakukannya? Lebih banyak yang tidak, kan? Selain karena zebra cross tidak banyak keberadaannya di jalan raya, lokasinya pun seringkali hanya berada di persimpangan. Tak semua orang “butuh” menyeberang di persimpangan.
Jembatan penyeberangan pun sama. Jumlahnya tentu tak lebih banyak dari zebra cross. Di pusat kota, yang kuingat hanya ada di depan BIP, depan masjid Al-Ukhuwah, dan depan Balai Kota Bandung yang konon mulai “tidak aman” bagi yang melintasinya. Dari ketiga lokasi itu, hanya di depan BIP yang paling sering digunakan karena tak ada cara lain untuk menyeberang kalau dari BIP ingin cuci mata di Gramedia atau lanjut ke BEC. Jalanannya dibatasi median yang dipagari supaya tidak ada orang yang iseng menyeberang sembarangan dan bikin macet Jalan Merdeka. Sedangkan di dua jembatan lainnya, entahlah. Aku sendiri jarang naik jembatan penyeberangan Al-Ukhuwah. Lebih memilih menyeberang langsung di bawahnya. Toh ada zebra cross juga, hehe.
Kalau cara zebra cross dan jembatan penyeberangan tidak berhasil pada kondisimu, cobalah trik selanjutnya.
2. Lambaikan Tangan
Seorang penyeberang jalan harus memberi tanda atau sinyal bahwa ia akan menyeberang, bukan sedang menunggu jemputan atau sekadar mejeng di tepi jalan. Ia harus memberi isyarat kepada pengendara agar para pengendara mau berkenan melambatkan laju dan memberi kesempatan kepada penyeberang.
Cara ini cukup sukses, apalagi kalau kamu tidak hanya melambaikan tangan, tapi mengacungkannya tinggi-tinggi sehingga para pengendara lebih dapat memperhatikan kamu. Hal ini meningkatkan probabilitas pengendara untuk menghentikan kendaraannya. Jangan lupa, sembari melambaikan atau mengacungkan tangan, posisi badan harus menghadap ke arah datangnya kendaraan. Jangan sebaliknya. Nanti jadi aneh.
3. Tatap Mata Pengendara, Lalu Mengangguk
Tak semua lambaian tangan direspon dengan baik. Ada saja pengendara yang arogan tak mau memberikan celah untuk menyeberang. Apalagi jika kendaraan cukup ramai, kadang kita bingung kapan dan kepada kendaraan yang mana kita harus melambai.
Cara selanjutnya adalah menambahkan kontak mata (eye contact) ketika hendak menyeberang. Menatap mata pengendara yang akan kita hentikan kendaraannya adalah bentuk komunikasi kita dengannya. Ketika kita berkontak mata, lalu mengangguklah sebagai tanda permisi dan meminta izin untuk menyeberang. Cara ini 90% berhasil. Tidak ada alasan kamu tidak bisa melihat matanya karena tertutup helm full-face atau ada di dalam mobil berkaca gelap. Anda tahu letak mata pengendara di mana, kan?
4. Permisi, Berterima Kasih
Sebagai sama-sama pengguna jalan raya dan memiliki hak yang sama, sejatinya kita harus saling menghargai. Kita yang ingin menyeberang, sebaiknya “permisi” dulu kepada yang sedang melintas. Sama halnya seperti mau lewat di depan orang lain, etika sopan santunnya kita permisi, kan?
Apa yang kita lakukan saat sedang “permisi”? Mengangguk dan tersenyum. Gabungkan dengan kedua trik sebelumnya: melambaikan tangan, kontak mata, dan tersenyum permisi. Lalu setelah diberi jalan, ucapkan terima kasih. Kalau tidak bisa terdengar hingga ke telinga pengendara, setidaknya tunjukkan dengan gestur. Boleh dengan cara agak membungkuk hormat.
Dari pengalaman yang sudah-sudah, pengendara juga akan membalas dengan mengangguk. Kalau yang ada di mobil, biasanya ada gestur tangan mempersilakan. Minimal, kendaraannya berhenti untuk memberi kita jalan.
5. Menjadi Manusia yang Memanusiakan
Ketika menyeberang jalan, sebaiknya jangan lihat kendaraannya. Motor atau mobil memang hanyalah rangka besi bermesin, sebuah benda mati. Tapi kendaraan itu tentu dikendalikan manusia. Jadi alih-alih melihat motor dan mobil, lebih baik lihatlah pengendaranya, mereka manusia. Kita pun sama. Jadi pengendara dan penyeberang jalan sama-sama melihat sebagai manusia, dan saling memanusiakan, menghormati.
Saya selalu senang setiap kali mempraktikkan ketiga trik menyeberang itu di Kota Bandung, dan berhasil. Ada perasaan menyenangkan, membahagiakan memang bertemu orang baik. Saking senangnya bisa sampai senyum-senyum sendiri. Untung pakai masker.
Bandung memang banyak dihuni oleh orang-orang yang baik dan ramah. Makanya, bikin betah.
Setelah baca ini, coba deh praktikkan cara menyeberang jalan tadi. Cara kita melihat para pengendara itu akan jadi berbeda. Kalau masih belum berhasil, mungkin Anda sedang apes, ketemu pengendara yang lagi bad mood. Hehe. Coba lagi aja.




Tinggalkan komentar