“Ulah sok miheulaan Gusti, ari taeun teh!” ceuk kolot mah.
Dulu, bekerja menjadi PNS ini tidak pernah masuk ke dalam daftar cita-cita. Udah bilang “Nggak mau.” Terlebih lagi setelah punya pengalaman “malesin” karena berurusan dengan staf dinas tertentu. Ah, bikin makin hoream aja.
Tapi selain takdir Tuhan, titah orang tua juga bukan hal yang bisa ditolak 😂. Mungkin waktu bilang “Nggak mau,” ibu dalem hati langsung jajampe “amit-amit” 😂. Tahun lalu, waktu saya tidak lulus CPNS sementara adik saya lulus, orang tua khawatir, takut saya kecewa dan bunuh diri (nggak deng 🤭). Padahal, saya sedang santai-santai aja dan lagi sayang-sayangnya sama pekerjaan saat itu. Tidak ada perasaan negatif sama sekali. Mungkin justru orang tua saya yang kecewa 🤣
Dulu, saya pikir jadi PNS akan membosankan. Persepsi saya tentang birokrasi sudah terlanjur awut-awutan. Tapi entah angin apa, sejak magang sampai bekerja, semesta menuntun saya untuk berjalan di koridor pemerintahan.

Bertemulah saya dengan orang-orang di foto ini. Mereka adalah satu dari sekian banyak yang membuat saya paham bahwa negara ini masih punya harapan dan bisa diselamatkan. Iya, gitu. Kata Buapak itu tea, kita punya pilihan, mau ikut gerbong perubahan atau tidak. Kalau mau, masuklah ke dalamnya dan jadilah perubahan itu.
Setelah hampir lima tahun bergelut di dunia pemerintahan, kupikir tidak ada salahnya juga masuk gerbong ini.
Lantas pikiranku mulai melayang-layang lagi. Lalu apa guna cita-cita? Untuk apa mengejar-ngejar hal yang sebetulnya sudah ada yang Tuhan siapkan untuk kita?
Hmm, buatku–yang punya cita-cita yang nggak kuat-kuat banget–ternyata semesta bekerja lebih kuat daripada yang kita sadari. Bisa jadi kita hanya perlu mengikuti “clue” yang sudah disiapkan tepat pada waktunya. ((Tepat pada waktunya.))
Apakah saya gagal meraih cita-cita? Bisa jadi. Apakah jalan ini lebih baik? Atau tidak lebih baik? Nggak tahu juga. Enggak ada yang tahu. Yang bisa kulakukan hanya menjalankan peran ini dengan sebaik-baiknya.
Mohon doanya, ya!







Tinggalkan komentar